Free Hello Kitty ani Cursors at www.totallyfreecursors.com

Kamis, 02 Januari 2014

Perbandingan Teori Psikoanalisis , Behavioristik ,dan Humanistik

       I.            Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan mazhab yang memandang manusia secara pesimistik (negativistik) yang menekankan pada alam bawah sadar, mimpi, dan masa lalu serta pemenuhan terhadap insting-insting. Kepribadian individu terjadi karena adanya pengaruh dari kejadian-kejadian masa lalu ketika berada pada usia 0-5 tahun pertama serta faktor genetik, dan jika pada tahap tersebut mengalami hambatan maka individu akan mengalami gangguan dalam penyesuaian pada tahap perkembangan selanjutnya. Dengan kata lain, jika masa lalunya baik maka individu akan mampu dalam menjalankan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Perilaku manusia dipengaruhi oleh alam bawah sadar yang terdiri dari id, ego, dan superego. Apabila terjadi konflik antara ketiga interaksi maka akan timbul kecemasan. Dalam mengatasi kecemasan, seseorang akan menggunakan defence mechanisme. Akan tetapi bila terlalu berlebihan dalam menggunakan defence mechanism maka akan menjadi kebiasaan yang akan menimbulkan gangguan kepribadian. Oleh karena itu psikoanalisis memberikan terapi untuk mengatasi gangguan kepribadian dengan mengeluarkan masalah yang ada dalam ketidaksadaran menuju ke alam sadar dengan analisis mimpi, tranferensi,  asosiasi bebas dan katarsis.
            Psikoanalisis dari pandangan behaviorisme
Ø  Psikoanalisis tidak melihat pengaruh lingkungan terhadap pembentukan kepribadian. Sedangkan manusia tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan yang menjadi sarana modeling individu.
Ø  Perilaku manusia tidak hanya berdasarkan insting akan tetapi karena proses belajar dari lingkungannya.
Ø  Pandangan psikoanalisis tidak bisa dibuktikan secara ilmiah melalui penelitian dan validitasnya kurang (tes grafis yang validitasnya hanya berkisar 0,5-0,6).
Ø  Gangguan kepribadian tidak hanya dipengaruhi oleh trauma masa lalu akan tetapi karena proses belajar yang salah dan lingkungan yang tidak mendukung.
Ø  Dalam mengatasi gangguan kepribadian tidak bisa dengan menggunakan terapi yang  telah disampaikan Freud akan tetapi dengan mengubah lingkungan dan pola pikir individu.
Psikoanalisis dari pandangan humanistik
Ø  Psikoanalisis tidak melihat potensi yang ada dalam diri manusia.
Ø  Psikoanalisis  memandang manusia sebagai korban dari trauma masa lalu. Sedangkan manusia itu dipengaruhi oleh apa yang terjadi saat  ini dan harapan yang akan datang.
Ø  Gangguan kepribadian tidak hanya disebabkan oleh trauma masa lalu melainkan kesenjangan antara harapan yang terlalu tinggi dengan kenyataan (inkongruensi)
Ø  Manusia tidak hanya memenuhi dorongan-dorongan insting akan tetapi juga berusaha untuk memenuhi dorongan aktualiasasi diri.
Ø  Psikoanalisis memandang manusia dari sisi yang sakit yaitu melihat bahwa manusia hanya sekedar memenuhi dorongan-dorongan, terutama dorongan seksual. Padahal manusia juga mempunyai sisi positif yang bisa menentukan pilihan dalam hidupnya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

    II.            Behaviorisme

      Behaviorisme merupakan mazhab psikologi yang memandang manusia seperti mesin, dimana perilaku merupakan hasil dari stimulus. Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh lingkungan yaitu melalui proses belajar dan pembiasaan, jika terjadi kesalahan dalam proses belajar akan menimbulkan gangguan kejiwaan. Hasil terapi dari gangguan kejiwaan sangat terlihat dan dapat dibuktikan validitas dan realibilitasnya. Selain itu terdapat ganjaran dan hukuman yang dapat membuat perilaku yang diinginkan muncul ataupun dilemahkan.
            Behaviorisme dari pandangan psikoanalisis
Ø  Behaviorisme memandang pembentukan kepribadian hanya berdasar lingkungan semata, tanpa memperhatikan faktor genetik dan kesadaran seorang individu. Hanya beranggapan bahwa perilaku adalah hasil dari proses belajar.
Ø  Gangguan kepribadian tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan, namun juga dipengaruhi oleh kondisi psikis.
Ø  Behaviorisme tidak bisa menerangkan gangguan mental, selalu melihat pada peristiwa eksternal saja.
Behaviorisme dari pandangan humanistik
Ø  Behaviorisme tidak melihat potensi yang ada pada diri manusia.
Ø  Mazhab behaviorisme memperlakukan manusia sama seperti mesin (tidak memanusiakan manusia).
Ø  Melihat manusia merespons secara pasif, hanya berperilaku sesuai stimulus yang diterima.
Ø  Behaviorisme tidak melihat motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu atau untuk menggapai cita-cita (memenuhi dorongan) namun melihat apa yang dilakukan hanya sekedar karena keadaan lingkungan yang terjadi dan menjadi kebiasaan saja.

 III.            Humanistik

      Mazhab humanistik memandang manusia dari kejadian yang terjadi saat ini dan masa yang akan datang serta melihat manusia secara optimistik yaitu individu mempunyai potensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai hidup yang lebih baik. Individu merespons secara aktif dalam arti memikirkan apakah yang dilakukan itu dapat membantu dalam mengaktualisasikan dirinya. Mazhab ini memperlakukan manusia secara manusiawi, seperti memperlakukan manusia dengan rasa hormat (tidak egois, tidak posesif). Manusia berbeda dari yang lain (unik), memiliki kesadaran diri dalam berhubungan dengan orang lain. Humanistik membicarakan tentang konsep diri dan diri ideal, jika kedua hal tersebut bersenjangan maka akan terjadi inkongruensi yang akan menimbulkan gangguan kejiwaan. Terapi yang dilakukan apabila gangguan ini terjadi salah satunya yaitu terapi yang terpusat pada klien.

Humanistik dari pandangan psikoanalisis

Ø  Kepribadian seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan saat ini dan harapan mendatang, namun juga dipengaruhi oleh masa lalu.
Ø  Humanistic tidak memandang bahwa manusia juga mempunyai sisi negative dalam hidupnya. Akan tetpai hanya melihat seseorang dengan positif atau bahkan terlalu positif. Memandang manusia hanya memiliki nilai-nilai positif.

Humanistik dari pandangan behaviorisme

Ø  Terapi tidak hanya terpaku pada klien, namun lingkungan juga berpengaruh pada kesembuhan klien.
Ø  Apabila tidak ada motivasi dalam diri individu maka ia tidak dapat mencapai potensinya. Hal ini juga membuktikan bahwa lingkungan mempunyai pengaruh dalam memotivasi individu.
Ø  Teori ini tidak bisa diuji secara ilmiah. Seperti halnya behavioris yang teorinya bisa dibuktikan dengan mudah melalui eksperimen, dan hasilnya bisa terlihat.
Ø  Teori ini tidak bisa digeneralisasikan. Dalam arti teori ini  terlalu bersifat individualis, tanpa melihat persamaan dalam diri manusia dalam merespon suatu stimulus yang sama. Sebagai contoh: saat guru bertanya kepada siswanya, siswa tersebut pasti akan merespon dengan hal yang sama antara individu satu dengan yang lain, yaitu dengan mengangkat tangan mereka.

Referensi

King, Laura A. Psikologi umum : Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta : Salemba Humanika. 2012
Mahmud H. Psikologi Pendidikan. Bandung : CV Pustaka Setia. 2010

1 komentar: